Pages

Saturday, November 30, 2013

NEW HOME NEW HABIT


Halo, kasur empuk bercorak bunga musim gugur bernama spring bed, salam kenal dari aku, teman tidurmu yang baru.

Aku baru saja datang dari kota nan berkilometer jauhnya dari sini, aku adalah perantau yang akan bertahun-tahun singgah disini untuk menimba ilmu.

Aku baru saja melepas sebuah kerelaan atas datangnya perpisahan, aku harus berpisah cukup lama dengan kasur lamaku yang berdipan dan bertabur empuk kapuk. Tak kalah rindunya dengan seisi kamar dan rumahku. Aku meninggalkan ‘mereka’ semua. Dan aku hanya membawa sebuah bantal bulat doraemon sebagai teman bermimpiku disini, sebagai wakil dari mereka semua.

Ruang tidurku yang biasa kusebut kamar pun tak seluas ruang ini, ruang yang sekarang menemaniku menulis ini.

Catnya juga tak berwarna serupa, bingkai pintunya saja yang bercorak manis kewanitaan, pink. Beda sedikit dengan corak bingkai jendela dan daun pintu kamarku yang berwarna ungu, warna yang seharusnya menjadi kesukaanku. Tapi sejak aku bertemu dengan pintu berwarna pink ini, warna kesukaanku sudah bukan ungu lagi. Warna perkenalanku dengan pink langsung membuatku jatuh cinta.

Kamarku yang dulu hanya berperabot meja belajar. Berbeda dengan kamar ini, bukan hanya meja belajar yang melengkapi kamar ini, ada lemari baju yang kusudutkan di depan kasurku, bersebelahan dengan printer yang kusejajarkan di sampingnya, juga ada ranjang untuk menaruh pakaian kotorku.

Iya, semua keperluanku sudah kuringkas rapi dalam ruang sederhana ini.

Bahkan meja belajarku yang sekarang bersifat mulifungsi karna benar saja, aku juga menyimpan persediaan makananku disalah satu rak sana, pun juga kebutuhan cuci mencuci.

Pakaian kotor yang teranggur diranjang itu, pakaian basah yang menggantung di jemuran, dan pakaian kering yang belum tersetrika sekarang menjadi bebanku, sudah bukan beban asistennya ibu dulu. Aku sedang tidak tinggal di rumahku yang dulu, yang apa-apanya selalu dibantu.

Aku harus pandai-pandai menyisihkan waktu untuk tetap menjalankan tugasku sebagai mahasiswa dengan memenuhi kebutuhanku sendiri, termasuk makan.

Kebutuhan makan 3x sehari itu tidak setiap hari kupenuhi, kadang tertanggal satu-dua kali hanya karna aku malas masak, aku malas keluar membeli makan, atau aku malas beranjak dari rutinitas untuk sekadar makan. Rumahku yang dulu menyiapkan segalanya itu; aku enak saja tinggal duduk manis di meja makan saat tiba waktunya makan. Semudah itu hidupku dulu.

Makan dan kebutuhan lainnya yang harus kubeli mewajibkanku untuk hemat dan cermat dalam mengatur uang harian. Sayangnya, akhir-akhir ini masih berantakan, aku suka sekali memakai uang sakuku sekenanya. Hey, aku tidak boleh boros! Hidupku masih sampai berhari-minggu-bulan ke depan.

Dan menghitung kalender sudah menjadi hobi baruku, mencari sela waktu kapan aku bisa kembali ke rumah untuk (kata orang) perbaikan gizi dan penambahan amunisi. Karena awal bulanku adalah hari kembalinya aku ke negri Cina* setelah pulang kampung.

Bangun pagiku. Sudah bukan suara ibu yang membuka pintu kamarku lagi yang membuatku bangun dari dunia harapan bernama mimpi. Alarm handphone yang menempati frekuensi paling sering dibuka karna aku menggantungkan sebagian ‘nyawa’ku disana selain, ya, tentu saja, sapaan pagi anak-anak kos.

Berbagi makanan, berbagi tempat menjemur, berbagi waktu untuk berbincang, saling berebut kamar mandi ketika sama-sama dapat jadwal kuliah pagi dan berbagai kebiasaan baru lainnya yang tak ku jumpai di rumahku yang dulu kini menjadi rutinitas baruku di sini.

Hidup mandiri bukan berarti sendiri. Keramaian bernuansa keluarga masih kudapatkan dari senda gurau teman satu kosan. Untungnya menyenangkan tinggal bersama mereka, mereka yang sama-sama baru ku kenal pribadinya secara dekat. Mereka yang bukan berasal dari kota yang sama denganku. Mereka yang menjadi alasan kenapa aku selalu ingin pulang.

Then I found my new home here.

Sekarang aku sudah keluar dari rutinitas anak sekolah yang mengutuk jadwal harianku. Bangun pagi-mandi-sekolah-pulang-tidur siang-nanana-tidur malam.

Aku bahkan lupa kalau aku punya waktu tidur harian yang kubuat sendiri. Semua yang terjadi disini mengalir begitu saja tak terjadwal. Hanya bergantung pada kapan aku membutuhkan, aku lakukan.

Pun termasuk jadwal kuliah yang sangat random; mengandalkan sms dari si pen-jarkom kelas. Bisa dibayangkan kan kalau ada tugas yang seharusnya dikumpul minggu depan mendadak harus dikumpul besok karna jadwal berubah?

Aku benar-benar belajar banyak dari sini karna pernah ketika itu kuliah dikabarkan dimulai pukul delapan pagi, sepuluh menit sebelum itu aku sedang dalam perjalanan dan kemudian terlayang pesan ‘kuliah pagi ini dibatalkan’ tau sendiri kan rasanya, mahasiswa? Bukan kesalahan bila aku selalu berangkat dimenit-menit terakhir menjelang kuliah dimulai. Setidaknya jarak kos-kampus tidak perlu ditempuh dengan kendaraan umum.

Pernah juga aku mengalami masa-masa selau bepergian dengan berjalan kaki. Walau jauh, namun sempat menjadi kebiasaan sebelum akhirnya aku meminta dikirimkan motor kesayangan untuk menolongku dari acaman; jalan terus ntar pahanya gede loh-_-. Selain beralasan menghemat waktu, sih.

Karna aku juga punya rutinitas lain selain kuliah;

Aku pernah mengikuti seleksi menjadi anggota BEM Kementrian Seni dan Budaya... but see? Aku gagal dalam tahap wawancara dan Allah dengan baiknya menukar kegagalanku itu dengan menjadikanku pengurus sebuah elkam (elemen kampus/ukm) yang dibawahkan KemSenBud. Sekretaris Sanggar Budaya Nusantara (https://www.facebook.com/groups/tarnustan/) periode 2013/2014.

Gagalku bukan sebagai penghalang untuk tetap berpartisipasi dalam acara-acara berbau kebudayaan Indonesia di kampus. Lucky me diberi kesempatan menjadi panitia acar besar kampus, yaitu Pekan Mahasiswa yang merupakan kerjasama Kemsenbud dan Kementrian Olah Raga. Dengan ini, aku telah memenuhi janjiku ketika wawancara BEM dulu; tetap berpartisipasi dalam acara budaya di kampus jika tidak terpilih menjadi pengurus.

Tidak diterimanya aku menjadi pengurus BEM tidak menghalangiku untuk terus bersosialisasi dengan banyak orang dan mencari relasi sebanyak-banyaknya. Jadilah sekarang aku bergabung dengan organisasi daerahku, IKMAS. Organisasi daerah untuk mahasiswa/i asal Semarang yang berkuliah di sini. Meskipun aku tak punya jabatan, aku memilih bergabung dalam panitia Acara Try Out bulan Desember nanti. Doakan segala sesuatunya lancar ya :).

Lalu aku diajarkan cara mengambil keputusan sendiri oleh semesta, banyak hal yang harus kuputuskan sendiri tanpa pertimbangan dari orang tua seperti sebelum-sebelumnya ketika masih tinggal satu atap bersama mereka. Termasuk menjadi sekretaris dan panitia acara besar.

Seperti opportunity cost dalam ekonomi, aku mau tidak mau menukar waktuku untuk menghadiri rapat-rapat tadi dan ya pastinya semakin banyak kesibukan semakin banyak pula masalah yang kuhadapi.

Kemudian aku belajar mengatasi masalah-masalah yang dengan mudahnya meguras air mata dan mengurangi waktu tidurku. Kombinasi atmosfer malam dengan sepinya itu paham bagaimana aku bersedih di setiap malam, terlebih jika sudah dibumbui dengan homesick. Ahh rasanya semakin berat menjalani hari esok.

Sebagaimana pun yang terjadi padaku di sini, aku berusaha mencintai segala sesuatuku yang baru ini karna aku sedang berjalan mengikuti alur cita-citaku.
Keep moving forward, Allah with you, Menur.


"Allah tidak selalu memberikan apa yang kita minta, tetapi Allah akan selalu memberikan
apa yang kita butuhkan".



30 November 2013
Masih dalam minggu-minggu UTS Perdana.
Berusaha menyingkirkan ketakutan akan sesuatu dengan menulis.
Terimakasih telah menyelesaikan membaca bacaan ini.
Semoga yang terbaik untukku, dan kamu, pembaca blogku {}.


*negri Cina: tempatku menimba ilmu (pepatah: tuntutlah ilmu sampai ke negri Cina)